Mengenai Saya

Foto saya
LOW PROFILE! Males banyak omong. Hidup itu ga perlu basa basi.

Kamis, 09 Desember 2010

Kebudayaan Part II

Seperti halnya kebudayaan yang ada di dalam masyarakt lain tutur dalam pemanggilan kekerabatan sangat erat kaitannya seiring dengan kebudayaan/ tradisi muncul dan  berkembang di masyarakt Palembang.

Dengan telah di kenalnya gelar-gelar seperti Raden, Masagus, Kemas dan kiagaus membuat struktur pengucapan dalam kehidupan sehari-hari juga ikut berperan apalagi, masarakat Palembang kental dengan aggapan “Tidak Bisa Menyebut huruf “R”.

Di Palembang ada berbagai panggilan sehari hari yang merupakan bentuk penghormatan dan bentuk penghargaan baik di dalam keluarga ataupun di luar keluarga.

Dulu di masyarkat Palembang sendiri panggilan kepada orang tua sangat sederhana yaitu Abah (orang tua laki-laki) dan Ebok / Emek, (Bentuk panggilan kepada seorang Ibu), tetapi seiring dengan perkembangn zaman saat ini tuturan panggilan kepada orang tua juga ikut berubah sesuai dengan yang ada pada zaman saat sekarang (Ayah, Papa, Papi, Bapak / Ibu, Bunda, Mama, Mami) dan lain sebagainya, tetapi pada sebagian masyarakat Palembang masih ada yang mempertahankan panggilan dengan Panggilan seperti dulu Abah dan Ebok / Emek memang terdengar lucu tetapi itulah tradisi.

Selain itu di dalam keluarga juga ada panggilan seperti itu, dengan rincian sebagai berikut

Acak  = Anak Besak / Anak Terbesar (Anak Sulung)
Anga = Anak Tengah / Biasanya Anga di panggil untuk anak yang lahir di tengah-tengah
             Misalnya 5 anak anak ke 3 di panggil anga.
Acek = Anak Kecek /Anak Kecil biasanya untuk anak-anak di urutan terakhir sebelum 
            Bungsu
Acik  = Anak Kecik /Anak Kecil biasanya untuk anak-anak di urutan terakhir sebelum 
            Bungsu sama seperti Acek
Ujuk = Anak Bungsu /Anak yang paling Kecil

Perubahan Penuturan ini berubah seiring siapa pemanggilnya, seperti :

Panggilan
Menjadi
Acak
Mang cak/Bik Cak
Wak cak
Yai / Nyai cak
Anga
Manga/ Bik nga
Wak nga
Yai / Nyai nga
Acek
Mang cek/ BikCek
Wak cek
Yai / Nyai cek
Acik
Mang cik/ Bik Cik
Wak cik
Yai / Nyai cik
Ujuk
Mang ujuk/ Bik Juk
Wak ujuk
Yai / Nyai ujuk
           
Banyak juga tutur panggilan lainnya yang timbul di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Palembang,  seperti  tuturan Embik (untuk memanggil bibi), ataupun Datuk (untuk panggilan kepada Kakek).

Begitu juga dalam panggilan sehari hari antar tetangga seperti panggilan “Cek”  yang artinya kakak/ayuk.

Sama seperti di daerah lain di luar Palembang seperti Daerah Pedamaran, Meranjat dan sekitarnya panggilan dalam kehidupan sehari hari pun berlaku seperti Barap, monde, guluk, gilik/ketum dan beberapa panggilan lainnya.

Begitupun dari daerah lainnya yang ada di daerah di luar Palembang lainnya, dimana tergantung dengan tradisi yang di anut oleh kehidupan daerah tersebut. Banyak lagi yang bisa di ungkapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Palembang khususnya.

Kebudayaan Part I

Menurut saya pengertian kebudayaan itu adalah sebuah tradisi masyarakat tertentu yang dapat dikatakan telah mendarah daging yang kegiatannya itu rutin dilakukan dalam periode waktu tertentu. dan pelaksanaannya pun dilakukan sesuai dengan kepercayaan masing2. Kebudayaan juga merupakan cerminan dan jati diri yang harus dijaga dan dipertahankan. Bagaimana menurut anda tentang kebudayaan di Indonesia? kalo menurut saya kebudayaan di Indonesia telah luntur seperti yang akan saya tulis ini......
CEKIDOT yaaaaa
Berdasar fakta menyebutkan bahwa kebudayaan kita telah luntur. Kita ambil contoh tentang kebudayaan wayang. Kita tahu wayang adalah salah satu kebudayaan Indonesia, kita tentunya pasti bangga dengan kebudayaan wayang itu. Tapi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lebih suka melihat film di bioskop dari pada melihat pertunjukan seni wayang. Dimana sebagian besar penyebab lunturnya kebudayaan nasional itu karena pengaruh globalisasi. Dimana dalam globalisasi ini seluruh akses untuk tranportasi dan komunikasi sangat fleksibel dan mudah. Hal ini menyebabkan mudahnya kebudayaan bangsa lain masuk ke dalam negeri kita. Kebudayaan kita seolah-olah kalah oleh kebudayaan asing yang terkesan modern, canggih, dan maju. Budaya asing itu masuk dengan bebas dan mudah tanpa penyaring ke dalam negeri ini. Mungkin kita tidak akan khawatir jika yang masuk adalah kebudayaan yang bernilai positif, namun apabila yang masuk adalah kebuyaan yang bernilai negatif maka tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi bangsa kita ini.

Maka dari itu kita sebagai generasi muda marilah menjaga setiap kebudayaan Indonesia yang ada,,berbanggalah dengan apa yang dimiliki Indonesia!!!!!